MARTIRNEWS.COM - Bripka Popy Puspasari merupakan seorang polisi wanita yang bertugas di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satuan Reserse...
Menjadi polisi, bagi Popy mengandung arti siap memberikan pelayanan kepada masyarakat secara kafah dan tanpa lelah.
Bagaimana tidak, di tahun 2018 dia mengaku harus sampai menyamar menjadi pekerja seks komersial (PSK) demi mengungkap kasus perdagangan orang di Pulau Dewata, Bali.
Cerita itu berawal saat unitnya menerima laporan seorang warga Garut yang kehilangan anggota keluarganya yang masih di bawah umur.
"Saat melapor ke kita, anak perempuan ini mengaku akan dipekerjakan sebagai pelayan di Bandung di sebuah kafé, tapi setelah itu keluarganya hilang kontak,” ujarnya saat ditemui di Mapolres Garut, Jumat (16/4).
Setelah pihaknya melakukan penelusuran, ternyata korban diketahui berada di Bali setelah dijual oleh seseorang pencari 'bakat'. Jumlah korban pun ternyata tidak satu orang saja, namun diketahui ada dua orang warga Garut yang mengalami kondisi serupa di Pulau Dewata.
Tim Reskrim Polres Garut kemudian melakukan penyelidikan akan kasus itu, dan berhasil menangkap seorang penghubung korban dengan bos di Bali di wilayah Bandung. Tim pun kemudian melakukan pengembangan dan merencanakan skema pengungkapan.
"Skema yang dilakukan akan dengan melakukan penyamaran menggunakan penghubung itu. Jadi foto saya oleh pelaku yang sudah diamankan bersama satu lainnya dikirimkan ke bosnya, ngakunya akan dijadikan PSK. Jadi kaya profiling gitu. Ternyata bosnya menyetujui dan menunggu saya di Bali," kata wanita kelahiran Indramayu, 5 Mei 1988 ini.
Mendapat respons baik dari bos di Bali, ia pun bersama penghubung itu berangkat ke Pulau Dewata menggunakan pesawat. Tim lainnya menyusul menggunakan pesawat berbeda agar tidak mencurigakan.
Berangkat Bermodalkan Doa dan Bela Diri
Popy mengaku bahwa saat dirinya berangkat ke Bali untuk melakukan penyamaran sebagai PSK, segala atribut kepolisian hingga senjata api ditanggalkan agar tidak menimbulkan kecurigaan. "Ya modal doa saja dan kemampuan bela diri polisi," akunya.
Walau begitu, Popy mengaku bahwa ada rasa takut yang muncul dalam diri, apalagi saat itu ia sudah memiliki anak. Namun karena sudah menyadari bahwa apa yang dilakukan adalah bagian dari tugas yang harus dijalankan, ia dengan yakin melangkah dan memantapkan hati.
"Sebelum berangkat ya minta doa lah ke orang tua, ke siapa. Ini kan betul-betul saya sama temen saja berdua, pasti takut apa-apa dan di apa-apa. Walau sudah dibekali bela diri polisi, tetap saja ada rasa takut mah ya, namanya juga manusia," katanya.
Sepanjang perjalanan, Popy mengaku terus melawan rasa takut tersebut, hingga akhirnya ia pun sampai di bandara I Ngurah Rai, Bali. Dari sana ia pun ia bergerak ke wilayah Sanur, tepatnya di salah satu villa di kawasan tersebut.
Banyak Temukan Korban Perdagangan Orang
Saat sampai di villa, Popy mengaku kaget karena lokasinya eksklusif dan hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu. Rasa takutnya sempat kembali karena sejumlah bodyguard pun tampak serius menjaga tempat itu.
"Sampai di villa, saya langsung celengak celinguk nyari orang Garut yang jadi korban. Dan ternyata memang ada di sana, kaya di dalam akuarium gitu. Di dalam akuarium juga banyak perempuan lainnya yang juga korban," sebutnya.
Setelah itu, ia pun kemudian diajak ngobrol oleh seseorang yang dipanggil bos dan juga termasuk bendaharanya. Namun di dalam ruangan itu tidak hanya ada dua orang itu saja, ada juga sejumlah lelaki hidung belang lainnya yang diduga sebagai pelanggan.
Saat mengobrol itu, Popy menyebut bahwa saat itu otaknya berpikir keras memikirnya rencana selanjutnya seperti apa. "Alhamdulillah tidak ada kecurigaan dari bos itu, kita juga jalani komunikasi biasa saja. Was-was mah mah ada, tapi yakin saja, demi masyarakat," ucapnya.
Setelah puluhan menit mengobrol, ia pun kemudian diminta oleh sang bos untuk berganti pakaian layaknya PSK sebelum masuk ke dalam akuarium. Momen tersebut oleh Popy digunakan untuk berkomunikasi dengan tim yang sudah siap melakukan penyergapan. Tidak lama setelah itu, tim yang sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat langsung menyergap lokasi tersebut.
"Ada 10 orang wanita yang kebanyakan yang di bawah umur yang Alhamdulillah bisa kita selamatkan, termasuk dua di antaranya orang Garut. Kalau untuk tersangkanya ada sekitar delapan orang yang berhasil diamankan, mereka ini jaringan," katanya.
Mendapat Apresiasi Pimpinan
Ia mengaku bahwa aksi nekatnya itu mendapat apresiasi dari pimpinannya pada saat itu. Lebih dari itu ia pun sempat mendapat undangan dari Polda Jabar dan Mabes Polri.
"Kalau hal-hal itu sebetulnya bukan tujuan yang utama. Tugas kita sebagai polisi adalah memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Dan tugas anggota adalah taat kepada pimpinan, selama itu tidak melanggar aturan, harus kita laksanakan," tegasnya.
Popy, menyebut bahwa saat itu Kapolres dan Kasat Reskrim mempercayainya karena dinilai memiliki kemampuan untuk itu. "Saya berterima kasih kepada Kombes Pol Budi Satria Wiguna (Kapolres Garut saat itu) dan Kompol Aulia Djabbar (Kasat Reskrim saat itu) yang sudah mempercayai tugas berat itu, dan Alhamdulillah berhasil," tutup Popy.
Sumber: merdeka